Rabu, 11 Februari 2015

PEMERIKSAAN KADAR ALBUMIN DALAM DARAH



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Darah merupakan bagian terpenting dari manusia yang memiliki fungsiutama dalam memelihara homeostasis tubuh. Fungsi darah sebagian besardilaksanakan oleh plasma dan berbagai konstituennya. Plasma terdiri atas air,elektrolit, metabolit, nutrient, protein dan hormon.
Dalam pengklasifikasian protein, albumin merupakan protein globular.Protein ini umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai polipeptidayang berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak disebelah luar rantaipolipeptida, sedangkan gugus R yang hidrofob terletak disebelah dalam molekulprotein. Protein globular pada umumnya mempunyai sifat dapat larut dalam air,dalam larutan asam atau basa dan dalam etanol. Abumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasioleh panas. Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dngan penambahanamoniumsilfat hingga jenuh.
Albumin memainkan peran penting dalam kesehatan dan penyakit. Albumin merupakan penyumbang utama Oncotic Koloid Tekanan (COP), mengikat molekul endogen dan eksogen, koagulasi menengahi, dan membantu untuk mempertahankan permeabilitas mikrovaskular normal.Di bidang kesehatan, tingkat sintetis dipengaruhi secara dominan oleh COP. Ketika COP menurun, meningkatkan sintesis albumin.  (Memang, koreksi hipoalbuminemia oleh sintetik infus koloid secara signifikandapat menekan sintesis albumin) Peradangan berkurang albumin. Sintesis sebanyak 90%. Sitokin inflamasi shunt asam amino untuk meningkatkan sintesisakut protein fase penting dalam proses inflamasi, dan jauh dari sintesis albumin. Tinggi ataupun rendahnya kadar albumin dalam darah sangat mempengaruhi kesehatan kita, oleh karena itu sangat dibutuhkan pemeriksaan albumin dalam darah untuk mengetahui tingkaatr kesehatan kita yang dipengaruhi oleh kadar albumin dalam darah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan albumin ?
2.      Bagaimana proses terbentuknya albumin dalam darah ?
3.      Bagaimana proses metabolisme albumin di dalam tubuh manusia ?
4.      Apa fungsi dari albumin ?
5.      Bagaimana mekanisme abnormal kadar albumin dalam darah ?
6.      Bagaimana metode pemeriksaan kadar albumin dalam darah ?
7.      Bagaimana interprestasi hasil dari pemeriksaan kadar albumin dalam darah ?
C.     Tujuan
1.         Untuk mengetahui yang dimaksud dengan albumin.
2.         Untuk mengetahui proses terbentuknya albumin dalam darah.
3.         Untuk mengetahui proses metabolisme albumin di dalam tubuh manusia.
4.         Untuk mengetahui fungsi dari albumin.
5.         Untuk mengetahui mekanisme abnormal kadar albumin dalam darah.
6.         Untuk mengetahui metode pemeriksaan kadar albumin dalam darah.
7.         Untuk  interprestasi hasil dari pemeriksaan kadar albumin dalam darah.
D.    Manfaat
1.      Sehingga dapat dengan mudah untuk mengetahui yang dimaksud dengan albumin.
2.      Sehingga dapat dengan mudah untuk mengetahui proses terbentuknya albumin dalam darah.
3.      Sehingga dapat dengan mudah untuk mengetahui proses metabolisme albumin di dalam tubuh manusia.
4.      Sehingga dapat dengan mudah untuk mengetahui fungsi dari albumin.
5.      Sehingga dapat dengan mudah untukmengetahui mekanisme abnormal kadar albumin dalam darah
6.      Sehingga dapat dengan mudah untuk mengetahui metode pemeriksaan kadar albumin dalam darah.
7.      Sehingga dapat dengan mudah untuk  interprestasi hasil dari pemeriksaan kadar albumin dalam darah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling tinggi jumlahnya sekitar 60% dan memiliki berbagai fungsi yang sangat penting bagi kesehatan yaitu pembentukan jaringan sel baru, mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang rusak serta memelihara keseimbangan cairan di dalam pembuluh darah dengan cairan di rongga interstitial dalam batas-batas normal, kadar albumin dalam darah 3,5-5 g/dl (Rusli, et all, 2011).
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam, dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang mengandung albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid.Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 55-60% dari protein serum yang terukur. Albumin terdiri dari rantai polipeptida tunggal dengan berat molekul 66.4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan dislufida yang menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips sehingga bentuk molekul seperti itu tidak akan meningkkatkan viskositas plasma dan terlarut sempurna (Medicinus. 2008).

B.     Proses Terbentuknya Albumin
Albumin pada umumnya dibentuk di hati. Hati menghasilkan sekitar 12 gram albumin per hari yang merupakan sekitar 25% dari total sintesis protein hepatic dan separuh dari seluruh protein yang diekskresikan organ tersebut. Albumin pada mulanya disintesis sebagai preprotein. Peptida sinyalnya dilepaskan ketika preprotein melintas kedalam sinterna reticulum endoplasma kasar, dan heksa peptide pada ujung terminal-amino yang dihasilkan itu kemudian dipecah lebih lanjut disepanjang lintasan skreotik. Albumin dapat ditemukan dalam putih telur dan darah manusia. Golongan protein ini paling banyak dijumpai pada telur (albumin telur), darah (albumin serum), dalam susu (laktalbumin). Berat molekul albumin plasma manusia 69.000, albumin telur 44.000, dalam daging mamalia 63.000.

C.        Metabolisme Albumin
Sekama Metabolisme Albuminn Dalam Tubuh
                              
    Disintesa
                  Albumin                            Hati
                                                 


Polisosom      Poliribosom
                            
    
                                                                

                                              Preprotein
                                                                  
                                           didistribusikan


                   Secara vaskuler                     Secara ekstaravaskuler                       
                 (di dalam plasma)        (di dalam otot, dan jenis jaringan lainnya)


 





     Darah mengandung albumin
     
 
       Gijal
 


     Filtrasi
          (di glomerulus)



     Reabsorsi                                                      Ekskresi
   (di dalam tubulus kontortus                                    (melalui saluran kemirh, keluar
    proksimal, dan lengkung Henle                                                bersama urine)
   Oleh sel-sel epitel, dan disebar
   keseluruh tubuh melalui pembuluh darah)


Dalam tubuh manusia dewasa albumin disintesa oleh hati sekitar 100-200 mikrogram per gram jaringan hati per hari. Asam-asam amino tertentu seperti triptofan, arginin, trisin, fenilalanin, glutamin, alanin, treonin dan prolin dapat merangsang proses sintesa albumin. Albumin  pada manusia terutama banyak mengandung asam aspartat dan glutamat dan sangat sedikit triptofan. Sintesa albumin dalam sel hati dilakukan dalam dua tempat, pertama pada polisom bebas dimana dibentuk albumin untuk keperluan intravaskuler. Kedua, poliribosom yang berkaitan dengan retikulum endoplasma dimana dibentuk albumin untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Albumin diproduksi oleh hati dalam bentuk prealbumin. Prealbumin didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara ekstravaskuler dalam kulit, otot, dan beberapa jaringan lain. Sintesa albumin dipengaruhi beberapa faktor, yaitu nutrisi terutama asam amino, hormon dan adanya suatu penyakit. Asam amino yang dapat merangsang terjadinya sintesa albumin adalah triptofan, arginin, ornitin, lisin, fenilalanin, treonin dan prolin. Sedangkan hormon yang dapat merangsang sintesa albumin adalah tiroid, hormon pertumbuhan, insulin, adrenokortikotropik, testosteron, dan korteks adrenal. Adapun yang dapat menghambat sintesa albumin adalah alkohol serta adanya suatu penyakit yang mengakibatkan gangguan sintesa albumin seperti pada seseorang penderita penyakit hati kronis, ginjal, dan kekurangan gizi seperti kwashiorkor .


Darah yang mengandung albumin diperoses di ginjal. Difiltrasi diglomerulus,peningkatan permeabilitas ditingkat glomerulus yang menyebabkan albumin lolos kedalam fitrat glomerulus. Albumin ada yang di yang digunakan kembali diabsorbsi tubulus kontortus    proksimal, dan lengkung Henle, oleh sel-sel epitel dan disebar keseluruh tubuh melalui pembuluh darah dan bahan-bahan yang tidak digunakan lagi diekskresi melalui saluran kemih.

D.    Fungsi Albumin
1.      Mempertahankan tekanan onkotik plasma agar tidak terjadi asites.
2.      Membantu metabolisme dan transportasi berbagai obat-obatan dan senyawa endogen dalam tubuh terutama substansi lipofilik.
3.      Anti-inflamasi.
4.      Membantu keseimbangan asam basa karena banyak memiliki anoda bermuatan listrik.
5.       Antioksidan dengan cara menghambat produksi radikal bebas eksogen oleh leukosit polimorfonuklear.
6.      Mempertahankan integritas mikrovaskuler sehingga dapat mencegah masuknya kuman-kuman usus kedalam pembuluh darah, agar tidak terjadi peritonitis bakterialis spontan.
7.       Memiliki efek antikoagulan dalam kapasitas kecil melalui banyak gugus bermuatan negatif yang dapat mengikat gugus bermuatan positif pada antitrombin III (heparin like effect).  Hal ini terlihat pada korelasi negatif antara kadar albumin dan kebutuhan heparin pada pasien heemodialis.
8.      Inhibisi agregrasi trombosit.
Peranan albumin dalam darah adalah menjaga tekanan osmotik dari cairan koloid plasma, sebagai alat pengangkut dan memperbaiki kadar bilirubin, sebagai alat pengangkut asam lemak dan bahan metabolit lain seperti hormon dan enzim. Dengan demikian albumin sering kali dipakai pada penelitian karena kemampuan mempertahankan tekanan osmotik, sebagai plasma expander dan kemampuannya sebagai pengikat berbagai bahan toksik, termasuk bilirubin serta logam berat, serta kemampuan angkutnya dalam mengangkut asam lemak, bahan metabolit, hormon serta enzim, sebagai antioksidan dan buffer.
E.     Mekanisme Abnormal Kadar Albumin Dalam Darah
Protein plasma terdiri dari kombinasi albumin dengan berat molekul rata-rata 69.000 ; globulin, 140,000 ; dan fibrinogen, 400.000.

 Nilai normal albumin :
1.       Orang dewasa / tua   :           3,5 – 5,0 g / dL
2.       Anak-anak                 :           4-5,9 g / dL.
3.       Bayi                           :           4.4 - 5.4 g/Dl
4.       Neonatus                   :           2.9 - 5.4 g/dl

Konsentrasi relatif rata-rata dari berbagai jenis protein plasma dan tekanan osmotik koloid adalah sebagai berikut : albumin, 4,5 g / dL ( 21,8 mm Hg ) ; globulin, 2,5 g / dL ( 6.0 mm Hg ) ; dan fibrinogen, 0,3 g / dL ( 0,2 mm Hg ), menghasilkan total 7,3 g / dL ( 28 mm Hg ). Melihat komponen, dapat dilihat bahwa 75 % dari total tekanan osmotik koloid adalah dari albumin, 25% dari globulin, dan persentase yang sangat kurang dari fibrinogen. Meskipun tekanan osmotik koloid plasma lemah, masih memainkan peran penting dalam menjaga darah normal dan volume cairan interstitial.
Penurunan albumin (Hypoalbuminemia) mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh :

1.      Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun, sindrom
malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik.
2.      Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus,nefrotik sindrom (penyakit ginjal).

Tingkat albumin tinggi (Hyperalbuminemia) dalam jangka waktu lama bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Tingkat albumin tinggi terlihat pada pasien yang menderita gangguan pernapasan seperti TBC. Dehidrasi dan konsumsi alkohol terlalu banyak adalah faktor lain yang menyebabkan kadar albumin tinggi. Leukemia, lebih dikenal sebagai kanker darah juga membuat albumin berada pada kisaran tidak normal. Kekurangan vitamin A dapat pula meningkatkan albumin diluar level normal.
Albumin dalam darah merupakan penentu utama tekanan plasma darah. Akibatnya, penurunn kolestrol albumin dalam sirkulasi menyebabkan pergeseran cairan dari ruang intravaskular keruang ekstravaskular. Beberapa mekanisme berbeda dapat menyebabkan penurunan kadar albumin atau hipoalbumunemia. Mungkin yang tersaring adalah penurunan produksi albumin yang disintetis di hati.
Pada penyakit hati yang para seperti sirosis yang mungkin disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol gangguan penimbunan besi, hepatitis kronis, atau reaksi obat, kapasitas sel-sel parenkim hati pembentuk protein dapat turun secara drastis. Pada keadaan ini pemeriksaan diagnostik dan prognostik yang utama adalah pengukuran konsentrasi albumin serum. Pada penyakit hati, hipoalbuminemia yang parah sering tertutupi oleh peningkatan konsentrasi imunoglobin yang menyebabkan konsentrasi total protein serum mungkin hanya turun sedang. Hipertensi porta hepatika seperti terjadi pada sirosis (intrahepatik) atau penyebab prahepatik atau pascahepatik , memungkinkan cairan astes menumpuk di rongga periloneum. Cairan ini berasal dari transudat yang merembes dari permukaan periloneum dan terutama dari kapsul hati akibat sumbatan pembuluh – pembuluh linfe hati oleh jaringan parut fibrosa intrahepatik pada sirosis. Cairan asiles dapat tertimbun dalam jumlah mencapai literan , dengan protein utamanya adalah albumin . Proses ini merupakan penyebab utama berkurangnya simpanan  albumin tubuh yang memperparah hipoalbuminemia yang sudah ada.
Agar sel-sel hati normal dapat membentuk dan mengeluarkan albumin dalam jumlah besar ,maka asupan protein makanan serta zat-zat gizi esensial lainnya harus cukup. Selain fungsi fisiologik membentuk tekanan onkotik, albumin juga berfungsi sebagai cadangan asam amino yang bersirkulasi, yang akan cepat di bersihkan melalui urine apabila tidak segera di gabungkan menjadi protein yang berberat molekul lebih besar. Dalam kapasitas sebagai simpanan asam amino ini, albumin merupakan indikator status gizi. Dengan demikian, penurunan protein makanan akan tercermin dalam kadar albumin serum,dan konsentrasi yang sangat rendah di jumpai pada malnutrisi akibat kelaparan atau malabsorbsi. Kelaparan yang di buat sendiri atau anoreksia nervosa menyebabkan hipoalbuminemia sselain peningkatan enzim-enzim serum yang mencerminkan kerusakan hati dan otot yang juga akibat kelaparan. Anoreksia akibat penyebab medis atau fisik lainnya yang berlangsung lama menyebabkan kekeksia. Pengurusan tubuh yang menyertai keganasan atau penyakit peradangan  kronis disebabkan oleh kombinasi anoreksia ditambah peningkatan kebutuhan metabolik sel-sel tumor, sehingga bagian tubuh lain mengalami kelaparan. Melabsorpsi menyebabkan malnutrisi karena kegagalan permukaan absorptif usus (misal penyakit seliak, defisiensi laktosa atau penyakit usus meradang) atau akibat kegagalan sekresi enzim-enzim pankreas seperti fibrosis kistik. Albumin serum telah digunakan sebagai penanda yang peka dan sangat prognestik pada kasus-kasus fibrosis kistik.
Hipoalbuminemia sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran albumin terjadi pada penyakit ginjal yang disertai proteueria pada luka bakar dengan protein keluar melalui permukaan tubuh yang terkelupas dan pada penyakit saluran cerna berupa protein-iosin enteropathy. Pada kasus sindrom nefrotik, pengeluaran protein yang sangat cepat dapat menyebabkan timbulya edema tubuh yang luas hanya dalam semalam. Mekanisme keluarnya albumin melalui urin adalah peningkatan permeabilitas ditingkat glomerulus yang menyebabkan yang menyebabkan protein lolos kedalam fitrat glomerulus. Konsentrasi protein ini melebihi kemampuan sel-sel tubulus ginjal mereabsorpsi dan memprosesnya. Pada elektroforesis protein pada sindrom nefrotik sangat khas: albumin rendah , alfa-2 makroglubin meningkat, dan betalipoprotein meningkat. Fraksi-fraksi protein lain juga biasanya berkurang. Pada protein dalam urin bersifat komplementer dengan pola yang terdapat dalam serum pasien dengan albumin merupakan protein terbanyak dalam urin. Secara tradisional, kadar proteuneria diperkirakan bermakna untuk menilai keparahan penyakit ginjal. Pada sindrom nefrotik yang parah, proteuneria dapat mencapai 20 atau 30 g/hari. Pada awal penyakit, proteuneria mungkin hanya 1 atau 2 g/hari.
F.      Gejala Klinis Hypoalbuminemia dan Hyperalbuminemia
1.      Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia adalah Rendahnya kadar albumin di dalam darah akibat abnormalitas. Oleh karena albumin merupakan protein, maka hipoalbuminemia merupakan salah satu bentuk hipoproteinemia. Jika protein plasma khususnya albumin tidak dapat lagi menjaga tekanan osmotic koloid akan terjadi ketidak seimbangan tekanan hidrostatik yang akan menyebabkan terjadinya edema.

2.      Hiperalbuminemia
Hiperalbuminemia adalah kedaan dimana tingginya kadar albumin di dalam darah. Dehidrasi adalah salah satu penyebab terjadinya hiperalbuminemia dapat dilihat dengan gejala berkurangnya volume urin, urin berwarna gelap, kelelahan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, iritabilitas, air mata tidak keluar saat menangis (pada anak), sakit kepala, mulut kering, kulit yang kering akibat turgor yang berkurang, pusing saat berdiri akibat terjadinya hipotensi ortostatik, dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan insomnia.

G.    Manfaat Albumin Untuk Pengobatan Beberapa Penyakit
Banyak sekali khasiat dan manfaat albumin, termasuk kabsul albumin
bahan bakunya dari ekstrak sari ikan gabus/kutuk.Manfaat utama kapsul Albumin adalah untuk menambah Albumin dalam tubuh, tanpa kawatir kelebihan albumin karena terbuat dari bahan alami. Apabila terjadi kelebihan albumin dalam tubuh, akan diekssekresi dengan sendirinya oleh tubuh tanpa efek
 samping.
Ikan gabus sendiri memiliki kandungan albumin yang cukup tinggi dan terbukti memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan tubuh. Karena kadar protein pada ikan gabus lebih tinggi dibanding protein pada ikan nila, ikan
belida, ikan mas, ikan seluang dan ikan lele.

Berikut beberapa penyakit berat yang bisa dibantu pengobatannya dengan konsumsi Kapsul Albumin Ikan Gabus:

1.      Penyakit Diabetes Melitus
Albumin pada Kapsul ini dapat memperbaiki sel pankreas yang memiliki fungsi memproduksi insulin. Dengan normalnya produksi insulin, maka kadar gula dalam darah dapat dikendalikan, dan kembali normal.

2.      Penderita / Beresiko Penyakit Jantung Koroner
Kapsul ini memiliki kandungan Allysin yang berfungsi menurunkan kadarlemak dalam darah, trigeserida, juga untuk menurunkan homosistensin. 
Dengan demikian, resiko serangan jantung menjadi berkurang, termasuk resiko stroke dan penyempitan pembuluh darah.Selain itu, albumin dalam kapsul albumin ini juga memiliki kandungan prolin, salah satu fungsinya adalah untuk menguatkan otot-otot jantung.

3.      Penyakit Kanker
Bagi penderita penyakit kanker, albumin pada Kapsul ini juga sangat bagus untuk terapi. Karena albumin tersebut mengandung zat aktif bernama Allylsufide, fungsinya untuk menghambat hormon pemicu tumbuhnya sel kanker, serta dapat merangsang sel sehat untuk terjadi regenerasi.

4.      Bagi Penderita Luka Bakar / Luka Setelah Operasi
Karena albumin mengandung cystine dan asan amino, sehingga bekas luka bakar, dan gangguan pada kulit atau luka akibat operasi dapat cepat pulih.
5.      Penyakit Gagal Ginjal
Pada penderita penyakit gagal ginjal, albumin Plus dari ikan gabus ini akan melakukan regenerasi sel ginjal, sehingga bisa menyaring racun. Dengan regerasi sel ini, ginjal menjadi normal dan dapat berfungsi kembali. 
AkHirnya, penderita gagal ginjal yang tadinya harus cuci darah, setelah ginjal normal kembali menjadi bebas dari cuci darah.

6.      Penyakit Asma
Efek albumin pada kapsul Albumin Plus terhadap penderita asma adalahmampu mengurangi pembengkakan disebabkan albumin mampu mengencerkan lendir serta menyembuhkan luka pada daerah pernafasan seseorang.

7.      Efek Terhadap Organ Otak
Pada organ otak, albumin Kapsul ini dapat membantu memperbaiki jaringan otak yang mengalami kerusakan, penting juga bagi pasien yang habis stroke atau penderita parkinson.

8.      Efek Terhadap Persendian Tulang
Albumin pada kapsul albumin ini bisa memacu fungsi sendi. Karena kandungan proline pada albumin. Sedangkan kandungan lysin dapat membantu terserapnya kalsium yang dapat mempercepat pembentukan kolagen. Kolagen ini memiliki fungsi penting karena ibarat mesin, kolagen bisa berperan seperti pelumas pada sambungan tulang. Kolagen juga dapat membungkus tulang rawan dan jaringan penyambung tulang.

9.       Penyakit Grastitis
Efek albumin pada kapsul albumin ini dapat memacu regenerasi sel lambung sehingga membantu fungsi saluran pencernaan dan usus sehingga fungsi organ tersebut menjadi maksimal.

10.  Efek Albumin Ikan Gabus pada pasien pasca kemoterapi
Setelah kemoterapi pasien dianjurkan konsumsi Albumin Plus, karena kandungan albuminnya dapat mencegah efek negatif yang terjadi akibat kemoterapi dan radioterapi. Seperti lemas, maupun kerusakan sel tubuh, rambut rontok, ataupun mual. Menariknya, saat konsumsi kerja obat kemoterapi tidak akan terganggu.

11.  Bagi Penderita Penyakit Stroke
Albumin pada Kapsul Albumin Plus dapat membantu membuka pembuluh darah yang tersumbat serta memperbaiki jaringan organ tubuh yang perperan penting terhadap kerja otot, otak, serta  syaraf. Selain itu, albumin ini dapat meningkatkan imunitas tubuh dan melindungi tubuh dari radikal bebas.

12.  Bagi Penderita Penyakit Lupus
Albumin dari ikan gabus ini dapat meregenerasi sel tubuh yang rusak akibat penyakit lupus. Sehingga fungsi otot, otak, dan syaraf dapat optimalkembali, demikian juga imunitas tubuh akan kembali maksimal.

13.  Bagi Penderita Penyakit Autis
Albumin pada Kapsul ini dapat mengikat logam berat (timbale, mercur) yang sering terdapat pada penderita autis.

14.  Bagi Penderita Penyakit Prostat
Kandungan albumin pada kapsul Albumin Plus berfungsi menjaga keberadaan glycine yang berperan penting dalam menjaga fungsi prostat supaya tetap normal (sehat).

15.  Penyakit Hepatitis
Pada penderita penyakit hepatitis, albumin pada kapsul Albumin Plus memiliki kemampuan memperbaiki jaringan pada hati dengan cara regenerasi sel hati dan empedu. Karena albumin tersebut memiliki kandungan asam amino esensial lengkap dan mineral. Selain itu, dengan konsumsi albumin pada kapsul ini juga akan terhindar dari penumpukan lemak padaorgan hati.
16.   Bagi para Lansia (Lanjut Usia)
Albumin pada kapsul kapsul ini dapat membantu proses penyerapan makanan pada lambung dan pencernaan. Selain itu, albumin berfungsi meregenerasi sel yang sudah aus atau rusak.

17.   Bagi Penderita Depresi
Albumin dapat membantu tubuh memproduksi hormon untuk metabolisme kesehatan mental melalui kelenjar tiroid. Hal ini dikarenakan albumin mengandung asam amino tyrosine.

H.    Metode Pemeriksaan Kadar Albumin Dalam Darah

1.      Metode Brom Cresol Green (BGC)
Perinsip pemeriksaan albumin dengan metode BGC yaitu Serum ditambahkan pereaksi albumin akan berubah warna menjadi hijau, kemudian diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna hijau ini menunjukkan kadar albumin pada serum.
Pada pemeriksaan albumin menggunakan metode ini diperlukan alat yaitupipet mikro, yellow tip dan blue tip, tabung reaksi dan rak tabung. Diperlukan pula bahan sebagai berikut : serum, pereaksi, reagent 30 m mol/ l, citrat buffer ph 4,2 0,26 m mol/ l, bromocresol green, standart 5 gr/dl
Cara Kerja
·         Membuat Serum
a)        Sampling darah vena di pasien
b)        Memasukkan darah pada tabung reaksi lalu disentrifuge dengan 8 rpm selama 10 menit
c)        Serumnya dipindahkan ke dalam tabung yang lain, endapannya tidak terpakai.

·         Membuat sediaan
a)        Menyiapkan 3 tabung reaksi masing masing diisi menggunakan mikropipet 10mikroliter serum, 10mikroliter aquades dan 10mikroliter standar.
b)        Kemuadian masing-masing tabung tadi diisi 1000 mikroliter reagen BCG.

·         Diinkubasi 3 tabung tersebut pada suhu 37 celsiun selama lebih dari 10 menit kurang dari 60 menit.
·         Menggunakan alat fotometer untuk pemeriksaan
·         Nyalakan Fotometer, atur panjang gelombang 546 nanometer, faktor 005,0, program c/ST. Jika salah hasil akan fatal.
·         Memasukkan blanko ke dalam corong, lalu tekan zero jika muncul angka lalu buang blanko pada corong, Kembali masukkan standar dan tekan tombol standar jika keluar angka maka standar dibuang. Angka yang muncul diabaikan. Terakhir memasukkan sempel dan tekan result, keluar angkanya catat sebagai hasil dan Buang sampel pada corong. Matikan fotometer.
                                  
2.      Metode Biuret
Prinsip penetapan kadar albumin dalam serum dengan metode Biuret adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari albumin yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut.
Pemeriksaan  albumin menggunakan metode ini dibutuhkan alat yaituTabung reaksi, Rak tabung reaksi, Pipet tetes, Pipet mikro, Sentrifugator, Spektrofotometer UV-Vis. Diperlukan pula bahan yaitu Larutan Natrium Sulfit 25%, Serum/plasma, Ether, Pereaksi Biuret, dan Aquadest.
Dalam pereaksi biuret terkandung 3 macam reagen yaitu reagen yang pertama adalah CuSO4 dalam aquadest dimana reagen ini berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan membentuk kompleks dengan protein. Reagen yang kedua adalah K-Na-Tartrat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+ sehingga tidak mengendap. Reagen yang ketiga adalah NaOH dimana fungsinya adalah membuat suasana basa. Suasana basa akan membantu pembentukan Cu(OH)2yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH-.Penambahan natrium sulfit dan ether ini adalah berguna untuk memisahkan antara albumin dengan protein plasma lainnya seperti globulin, fibrinogen dan lain-lain. Selanjutnya didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan cairan, lapisan atas terdiri dari ether dan protein plasma lainnya. Sedangkan bagian bawah mengandung albumin sehingga lapisan bagian atas dibuang dan lapisan bagian bawah kemudian ditambahkan dengan pereaksi biuret dan dikocok.
 Cara Kerja
1.      Disiapkan tabung reaksi yang telah diisi 2 mL larutan Natrium Sulfit25%.
2.      Ke dalam tabung tersebut dipipetkan 0,2 mL serum/plasma, 2 mL ether dan dicampur.
3.      Tabung dipusingkan dengan sentrifugator
4.      Selanjutnya ether dan larutan protein (larutan bagian atas terdiri dari protein dan ether) dikeluarkan dengan penghisap.
5.      Tabung dimiringkan lalu cairan bagian atas diambil dengan pipet mikro melalui dinding tabung.
6.      Larutan yang tersisa adalah larutan yang mengandung albumin (larutan ini yang kemudian akan dimasukkan ke dalam tabung reaksi tes).
7.      Disiapkan 3 tabung reaksi dan masing-masing diberi label larutan test, larutan standar dan blanko kemudian dimasukkan  pereaksi biuret, larutan albumin, larutan standar dan aquades.
8.      Pada tabung test dimasukkan pereaksi biuret dan larutan albumin masing-masing 1,0 ml. Pada tabung larutan standar dimasukan pereaksi biuret dan larutan standar masing-masing sebanyak 1,0 ml. Pada tabung blanko dimasukkan pereaksi biuret dan aquadest masing-masing sebanyak 1,0 ml.
9.      Campuran tersebut ditangguhkan selama 14-30 menit, lalu dibaca dalam spektrofotometer pada panjang gelombang 540-546.
10.  Rentang normal untuk kadar albumin dalam serum adalah 0,5-1,2 gram/dL

I.   Interpretasi Hasil
Nilai normal albumin dalam darah yaitu :
1.       Orang dewasa / tua   :           3,5 – 5,0 g / dl
2.       Anak-anak                 :           4 - 5,9 g / dl
3.       Bayi                           :           4.4 - 5.4 g/dl
4.       Neonatus                   :           2.9 - 5.4 g/dl

Jika terjadi kelainan sebagai berikut :
Hipoalbuminemia
1.       Orang dewasa / tua   :           <  3,5 – 5,0 g / dl
2.       Anak-anak                 :           <  4 - 5,9 g / dl
3.       Bayi                           :           <  .4 - 5.4 g/dl
4.       Neonatus                   :           <  2.9 - 5.4 g/dl

Hiperalbuminemia
1.       Orang dewasa / tua   :           > 3,5 – 5,0 g / dl
2.       Anak-anak                 :           > 4 - 5,9 g / dl
3.       Bayi                           :           > 4.4 - 5.4 g/dl
4.       Neonatus                   :           > 2.9 - 5.4 g/dl





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam, dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Albumin pada umumnya dibentuk di hati. Albumin pada mulanya disintesis sebagai preprotein. Peptida sinyalnya dilepaskan ketika preprotein melintas kedalam sinterna reticulum endoplasma kasar, dan heksa peptide pada ujung terminal-amino yang dihasilkan itu kemudian dipecah lebih lanjut disepanjang lintasan skreotik.
Albumin berfungsi Mempertahankan tekanan onkotik plasma, membantu metabolisme dan transportasi berbagai obat-obatan dan senyawa endogen dalam tubuh terutama substansi lipofilik, anti-inflamasi, membantu keseimbangan asam basa, antioksidan dengan cara menghambat produksi radikal bebas eksogen oleh leukosit polimorfonuklear, mempertahankan integritas mikrovaskuler, memiliki efek antikoagulan dalam kapasitas kecil Inhibisi agregrasi trombosit.
Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun, sindrommalabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik, Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal). Tingkat albumin tinggi terlihat pada pasien yang menderita gangguan pernapasan seperti TBC. Dehidrasi dan konsumsi alkohol terlalu banyak adalah faktor lain yang menyebabkan kadar albumin tinggi. Leukemia, lebih dikenal sebagai kanker darah juga membuat albumin berada pada kisaran tidak normal. Kekurangan vitamin A dapat pula meningkatkan albumin diluar level normal.
Pemeriksaan kadar albumin dapat dilakukan degan metode  Brom Cresol Green (BGC) dan Metode Biuret. Perinsip pemeriksaan albumin dengan metode BGC yaitu Serum ditambahkan pereaksi albumin akan berubah warna menjadi hijau, kemudian diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna hijau ini menunjukkan kadar albumin pada serum.Prinsip penetapan kadar albumin dalam serum dengan metode Biuret adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari albumin yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut.

B.       Saran
Disarankan kepada setiap petugas kesehatan terutama untuk petugas analis kesehatan agar dapat mengetahui tentang pemeriksaan kadar albumin dalam darah , mulai dari pengertian,proses terbentuknya albumin dalam darah, fungsi, mekanisme abnormal,  gejala-gejala klinisnya, cara pemeriksaan yang baik dan benar, sampai dengan cara menetukan interpretasi hasil yang benar, sehingga dapat menegakaan diaknosa dengan benar dan tepat.










DAFTAR PUSTAKA

Murray, R. K. 2006. Plasma Protein & Immunoglobulins. In: Murray, R.K. Granner, D.K., Rodwel, V. W. (eds). Harper’s Illustrated Biochemistry. McGraw-Hill. New York.
Medicinus. 2008.http://publish_upload080711257643001215763044_FA_MEDIC  INUS. Diakses pada tanggal 23 Maret 2011 pada pukul 20.13 WIB.
Sacher,Ronald A. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta : EGC
Rusli. et all. 2011. http://terapi_albumin_type.pdf. Diakses pada tanggal 28 Maret 2011 pada pukul 23.51 WIB.
http://sweetspearls.com/naturally-plus/naturally-pentingnya-albumin-bagi-tubuh-kita/
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/protein-serum.html
http://kamuskesehatan.com/arti/albumin/

2 komentar: